
25 Maret 2020, Selandia Baru menetapkan status lockdown total (level 4) setelah ditemukan sekitar 150 kasus positif Corona meskipun belum ada korban meninggal. Penutupan ini berdampak pada pembatasan aktivitas masyarakat, serta penutupan sejumlah sektor bisnis yang dianggap tidak penting.
Aturan lockdown tersebut terbukti efektif menekan kasus pandemi di Selandia Baru, berkat dukungan dan kedisiplinan warga negaranya. Selandia Baru menjadi salah satu negara dengan tingkat kasus terendah di dunia.
Keberhasilan Selandia Baru menekan kasus pandemi nasional harus dibayar mahal dengan merosotnya ekonomi nasional, dan diprediksi akan menghadapi kehancuran apabila lockdown total terus diterapkan di negaranya.
Senin 20 April, Selandia Baru resmi menurunkan status lockdown menjadi level 3 untuk menyelamatkan ekonomi nasional. Mulai Selasa, 21 April bisnis-bisnis mulai bisa beroprasi kembali, dan kegiatan perkumpulan juga mulai diperbolehkan meskipun masih ada pembatasan.
Kebijakan pelonggaran status lockdown Selandia Baru bukan tanpa resiko. Kebijakan ini berpotensi meningkatkan penyebaran pandemi, apalagi bila mengingat betapa cepat dan mudahnya penyebaran virus Covid-19.
Namun bila melihat kondisi ekonomi yang terus menurun, keputusan tersebut adalah pilihan yang tepat. Pemerintah harus berani mengambil resiko. Bila tidak, sektor bisnis di Selandia Baru akan mengalami kehancuran, dan akan sangat sulit untuk kembali ke keadaan normal seperti sebelum pandemi. Selandia Baru bukanlah negara dengan ekonomi yang besar seperti Amerika, Inggris, Jerman, China, bahkan Australia.
Meskipun mengandung resiko, namun sebenarnya pemerintah melakukan perhitungan yang rasional dalam keputusan tersebut. Tren tingkat kasus positif yang menjadi salah satu terendah di dunia serta kedisiplilnan masyarakat mengikuti aturan yang ada, membuat resiko yang diambil dapat diminimalisir.
Indonesia bisa saja mengikuti jejak Selandia Baru untuk kembali membuka kantor-kantor, industri, dan sektor bisnis lainya yang saat ini banyak di tutup dalam sementara waktu. Namun, untuk itu pemerintah harus menyelesaikan PR besar yang masih belum rampung.
Pemerintah harus bisa menurunkan angka kasus Covid-19 yang saat ini tergolong tinggi. Kedisiplinan masyarakat dalam mematuhi aturan pembatasan, khususnya didaerah-daerah yang diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga harus ditingkatkan.
Bila pembatasan di longgarkan dalam kondisi yang seperti itu, justru hanya memperparah penyebaran pandemi. Sektor bisnis bisa saja bergerak kambali. Namun hanya untuk yang singkat, sebelum dilakukan penguncian kembali, bahkan yang lebih ketat dari sekarang karena angka kasus yang melonjak tinggi.
Sumber referensi :
https://www.theguardian.com/world/2020/apr/20/new-zealand-plans-to-ease-coronavirus-lockdown-in-a-week
https://www.newshub.co.nz/home/new-zealand/2020/04/coronavirus-new-zealand-australia-s-economies-destroyed-by-covid-19-responses-jason-morrison.html
Sumber gambar :
https://www.sbs.com.au/news/turning-a-corner-new-zealand-is-weighing-up-whether-to-relax-its-covid-19-lockdown